Puisi Tiongkok – Jelajahi Desa Shanxi (游山西村 you shanxi cun) Karya Lu You

Spread the love

Puisi Tiongkok - Jelajahi Desa Shanxi (游山西村) Karya Lu You

Puisi ini ditulis pada awal musim semi tahun ketiga Qiandao (1167) masa Song Xiaozong, ketika Lu You diberhentikan dari jabatannya dan tinggal di rumah.

Namun dia tidak berkecil hati.

Emosi patriotik membuatnya merasakan harapan dan cahaya dalam kehidupan pedesaan, dan menuangkan perasaan tersebut ke dalam karya puisinya.

Puisi ini ditulis di Shanyin (sekarang Kota Shaoxing, Provinsi Zhejiang).

游山西村
yóu shānxī cūn
Jelajahi Desa Shanxi

[宋] 陆游
[Sòng] Lù Yóu

莫笑农家腊酒浑,丰年留客足鸡豚。
Mò xiào nóngjiā là jiǔ hún, fēngnián liú kèzú jī tún.

Jangan menertawakan Lajiu (anggur yang diseduh pada bulan kedua belas lunar) di rumah pertanian yang keruh.
Terdapat cukup banyak ayam dan babi untuk menarik pelanggan di tahun-tahun yang baik.

Dua kalimat ini berarti bahwa meskipun rasa anggur rumah pertanian itu ringan, keramahtamahannya sangat dalam.
Moxiao – 莫笑 mengungkapkan kekaguman penyair terhadap adat istiadat rakyat sederhana di pedesaan.
Lajiu – 腊酒 mengacu pada anggur yang diseduh pada bulan lunar kedua belas.
Zu ji tun – 足鸡豚 artinya menyiapkan hidangan mewah, mengungkapkan keramahtamahan rumah pertanian.
Zu – 足 artinya cukup, berlimpah.
Tun – 豚 artinya babi, anak babi, mengacu pada daging babi dalam puisi itu.

Hal ini menjadikan suasana pedesaan damai dan gembira di tahun panen.

山重水复疑无路,柳暗花明又一村。
Shān chóng shuǐ fù yí wú lù, liǔ’ànhuāmíng yòu yī cūn.
Gunung tumpang tindih dan airnya berputar-putar, khawatir tidak ada jalan untuk pergi.

Tiba-tiba, desa pegunungan lain muncul di depan mata.
Gunung dan sungai penuh keraguan dan tidak ada jalan keluar, ada desa lain yang pohon willownya gelap dan bunganya cerah.
Yang digambarkan disini adalah penyair berada di lembah pegunungan, berjalan santai, ragu seolah tidak ada. jalan, dan tiba-tiba ceria kembali.
Ini tidak hanya mencerminkan harapan penyair untuk masa depan, tetapi juga mengungkapkan filosofi pasang surutnya segala sesuatu di dunia.
Kedua kalimat ini menggambarkan pemandangan pegunungan dan tepi sungai, dan deskripsi pemandangan tersebut mengandung filosofi yang telah banyak dikutip selama ribuan tahun.

箫鼓追随春社近,衣冠简朴古风存。
Xiāo gǔ zhuīsuí chūn shè jìn, yīguān jiǎnpú gǔfēng cún.
Seruling dan drum mengikuti masyarakat musim semi yang mendekat, pakaian dan topinya sederhana dan kuno.

Ini tidak hanya menggambarkan kegembiraan Masyarakat Musim Semi, tetapi juga mengekspresikan kesederhanaan dan keindahan adat istiadat rakyat.
Ini menggambarkan adat istiadat pedesaan di awal Dinasti Song Selatan.
Tak sulit bagi pembaca untuk mengapresiasi kecintaan mendalam terhadap budaya tradisional yang ingin diungkapkan penyair.
Memuji adat setempat kuno ini menunjukkan kecintaannya terhadap tanah dan masyarakat kami.

从今若许闲乘月,拄杖无时夜叩门。
Cóng jīn ruò xǔ xián chéng yuè, zhǔ zhàng wú shí yè kòu mén.
Mulai sekarang, jika masih bisa memanfaatkan terangnya sinar bulan untuk jalan-jalan santai, akan mengetuk pintu dengan tongkat kapan saja.

Penyair telah “bepergian” sepanjang hari.
Saat ini, bulan yang cerah sedang menggantung tinggi, dan seluruh bumi diselimuti cahaya redup yang jernih Setelah Masyarakat Musim Semi.
Dua kalimat ini secara alami mengalir dari hati, berharap mulai sekarang, bisa memanfaatkan terangnya sinar bulan, mengetuk pintu, dan berbicara ramah dengan para petani tua.
Situasi ini sungguh menggembirakan.
Seorang penyair yang mencintai kampung halamannya dan akrab dengan para petani, begitu bahagianya.


Spread the love

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

1 + seventeen =