Asal Usul Sejarah Sembahyang Rebutan (Sembahyang Chit Gwee)

Spread the love

Asal Usul Sembahyang Rebutan (Sembahyang Chit Gwee)

Sembahyang Chit Gwee, sembahyang rebutan / sembahyang arwah leluhur…..

Kapan tradisi ini mulai ada ? tujuannya apa ?

Suatu masa dulu, didalam buku yang saya baca ( saya lupa judul dan kapan berlakunya ), di Zhong Guo sana ( jaman kerajaan2 ), tanggal 15 bulan 7 ( imlik ) dipakai oleh pemerintahan kerajaan untuk melaksanakan eksekusi bagi semua tahanan hukuman mati….ini berlaku untuk seluruh negeri…

Jadi, saat itu….tgl 15 bulan 7 ( imlik ) tersebut dirasakan ber-macam-macam oleh seluruh masyarakat, namun yang paling terasa adalah…bagi keluarga-keluarga terhukum, adalah hari yang sangat “menyedihkan” dan bagi banyak masyarakat, hari itu dirasakan sebagai hari yang cukup mencekam. Banyak keluarga menangisi anggota keluarga yang di eksekusi. Mereka biasa “mengantar” arwah kerabatnya tersebut dengan memasang altar, memberikan sesaji dsb….

Karena hari tersebut berlaku serentak, diseluruh negeri jadi suasananya memang sangat “mencekam” dan tentu penuh dengan suasana “mistis”. Arwah-arwah yang serentak tercabut tersebut menjadi arwah gentayangan yang makin menimbulkan “suasana” mengerikan.

Sebagian keluarga lainnya yang tidak mengalami adanya anggota keluarga yang di eksekusi, karena rasa ngeri dan takut, jadi ikut-ikutan memasang sesaji dengan harapan arwah-arwah gentayangan tersebut tidak mengganggu anggota keluarga mereka.

Akhirnya….Chit Gwee Cap Go tersebut menjadi tradisi untuk sembahyang bagi arwah-arwah gentayangan tersebut.
Ternyata sampai sekarang masih ada yang mempertahankan tradisi tersebut.
Masalahnya adalah dijaman dulu itu, tradisi tersebut berlaku dan sesuai dengan kondisi, bisa dimaklumi, bisa dibenarkan.

Jaman sekarang apa hubungannya lagi ?

Tentunya jadi bahan pemikiran kita, seharusnya tidak seluruh tradisi dari jaman dulu harus dipertahankan terus.

Kita semua tentunya berpendapat para leluhur kita, atau kakek nenek ataupun orang tua yang sudah meninggal bukanlah sebagai arwah-arwah gentayangan seperti jaman dulu itu kan ?

Kalau saya sangat yakin para leluhur saya bukan arwah-arwah gentayangan, karena beliau-beliau ketika hidupnya adalah manusia-manusia yang baik, manusia-manusia yang menjalankan “kebenaran”. Saya tidak akan melakukan hal seperti itu bagi leluhur saya, karena saya sangat menghargai para leluhur saya.

Sumber: Unknown


Spread the love

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

13 − two =